Imam Al-Bayhaqi RA meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah masuk ke kamar Aisyah binti Abu Bakar, istrinya. Sementara itu, Aisyah bersama saudara perempuannya, Asma binti Abu Bakar, mengenakan pakaian tipis. Ketika Rasulullah melihatnya, beliau segera bangkit dan kemudian keluar kamar. Aisyah heran dan kemudian menanyakannya pada Rasulullah. Rasulullah menjawab, ''Tidakkah engkau melihat keadaannya? Ia seperti bukan wanita muslimah yang seharusnya hanya menampakkan ini dan ini [seraya menunjuk pada wajah dan kedua telapak tangan].''
Riwayat lain, dari Imam Abu Daud, Rasulullah saw bersabda, ''Jika seorang anak wanita telah mencapai usia balig, tidak pantas terlihat dari dirinya, selain wajah dan kedua telapak tangannya.''
Selain hadis-hadis tersebut di atas, Alquran juga menjelaskan tentang masalah tersebut (aurat wanita), seperti tertera dalam surat An-Nur: 31 dan Al-Ahzab: 59. Begitu gamblangnya Allah SWT memberikan petunjuk kepada umat manusia yang dibekali dengan akal, khususnya kaum wanita.
Ironisnya, kondisi kaum wanita (muslimah) sekarang ini jauh dari petunjuk tersebut. Betapa suguhan-suguhan televisi dominan dengan tontonan aurat. Dalam kehidupan nyata, keadaan tersebut tidak jauh berbeda, mereka berpakaian, tetapi keadaannya tidak berbeda dengan telanjang.
Akhirnya, banyak penduduk negeri ini, yang mayoritas Muslim, pun terbiasa dengan kondisi tersebut sehingga menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah, yang tidak perlu diubah. Justru kalau ada yang gerah dengan kondisi tersebut, orang tersebut malah dianggap aneh atau konservatif.
Kalau dicermati, masalah ketelanjangan itu tidak berhenti sampai di situ. Secara tidak langsung, hal tersebut juga menyuburkan pergaulan bebas, dan lebih jauh lagi adalah terjadinya dekadensi akhlak. Jumlah bayi yang lahir di luar nikah semakin bertambah dan masih banyak lagi dampak-dampak negatif lainnya sebagai akibat pemameran aurat wanita.
Tentu saja kondisi ini jauh dari gambaran kehidupan di zaman Rasulullah yang menjaga kehormatan wanita. Tidak hanya oleh wanita sendiri, tetapi juga negara karena salah satu tugas negara adalah menjaga akhlak dan agama rakyatnya, sehingga tercipta masyarakat Islam yang diberkahi oleh Allah SWT. Keadaan ini tidak hanya sejarah masa lalu, tetapi bisa kita wujudkan pada masa sekarang, tentunya dengan berpegang teguh pada tuntunan Rasulullah saw, yaitu Alquran dan Sunnah. Wallaahu a'lam bisawab. (K Ariyah)
sumber : IC Mataram
0 comments:
Post a Comment