Saturday, April 16, 2011

TETAPLAH LAPAR.....TETAPLAH BODOH....

Ini adalah sebuah potongan kisah dari pidato STEVE JOBS, CEO Apple Computer dan Pixar Animation Studio, dalam sebuah upacara wisuda pada tanggal 12 Juni 2005.

Saya tidak pernah lulus kuliah. Bahkan sesungguhnya, inilah saat terdekat saya terlibat dalam sebuah upacara wisuda. Pada hari ini saya ingin berbagi cerita tentang kehidupan saya.

Cerita pertama adalah mengenai menghubungkan titik-titik.
Saya putus kuliah dari Reed College setelah 6 bulan pertama, tetapi saya tetap berada di kampus selama 18 bulan berikutnya, sebelum saya benar-benar berhenti.
Saat itu saya memutuskan untuk mengambil kelas kaligrafi. Saya belajar tipe tulisan serif dan san serif, tentang memvariasikan jarak antara kombinasi huruf yang berbeda, tentang apa yang membuat para tipografis hebat menjadi hebat. Saat itu, tidak ada satupun dari yang saya pelajari sepertinya akan bermanfaat dalam kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami merancang computer Macintosh yang pertama, semuanya saya ingat kembali. Hasilnya, Mac menjadi komputer pertama dengan tipografi yang indah. Andai saya tidak pernah putus kuliah dan kemudian ikut kelas kaligrafi, maka Mac tidak akan punya beragam tulisan atau huruf yang berjarak proporsional. Dan karena Windows hanya meniru Mac, sepertinya tidak ada PC yang akan memiliki tipografi yang indah.Tentu saja, tidak mungkin menghubungkan titik-titik itu ke masa depan saat saya masih di kampus. Tapi terlihat sangat-sangat jelas jika ditinjau sepuluh tahun kemudian. Jadi, kita harus percaya bahwa titik-titik itu suatu saat akan terhubung di masa mendatang. Kita harus percaya pada sesuatu- insting, takdir, kehidupan, karma, atau apalah.  Keyakinan ini tidak pernah mengecewakan saya, bahkan telah membuat semua perubahan dalam hidup saya.

Cerita Kedua adalah mengenai cinta dan kehilangan. 
Saya merasa beruntung, karena saya menemukan apa yang sangat ingin saya lakukan dalam hidup sejak usia yang sangat muda. Woz dan saya memulai Apple di garasi orang tua saya, saat saya berumur 20 tahun. Kami bekerja dengan keras, dan dalam 10 tahun Apple telah berkembang dari hanya kami berdua di garasi itu, menjadi sebuah perusahaan senilai 2 milyar dolar dengan lebih dari 4000 pegawai. Kami baru saja meluncurkan karya terbaik kami, Macintosh, setahun yang lalu, dan saya baru saja berusia 30 tahun. Kemudian saya dipecat.
Apa yang telah menjadi fokus kehidupan saya, telah hilang, dan itu sangat menyakitkan. Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya lakukan selama beberapa bulan. Tapi secara perlahan ada sesuatu yang mulai terpikirkan. Saya telah ditolak, namun saya masih mencintai apa yang saya kerjakan. Jadi saya memutuskan untuk memulai lagi. Saya tidak sadar saat itu, tetapi ternyata dipecat dari Apple merupakan hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya. Beban berat menjadi sukses, digantikan dengan perasaan enteng menjadi orang baru lagi. Hal ini membebaskan saya untuk memasuki salah satu periode paling kreatif dalam kehidupan saya.
Selama lima tahun berikutnya, saya memulai sebuah perusahaan bernama NeXT dan sebuah perusahaan lain bernama Pixar, yang kini menjadi studio animasi paling sukses di dunia. Dalam salah satu peristiwa yang luar biasa, Apple membeli NeXT, saya kembali ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung kehidupan Apple.
Dipecat dari Apple memang sebuah pil pahit buat saya, namun saya pikir memang ini diperlukan. Terkadang kehidupan memukul kita dengan sangat keras. Jangan hilang kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus bertahan adalah saya mencintai apa yang saya lakukan. Kalian harus menemukan apa yang kalian cintai, dan satu-satunya cara untuk menghasilkan sesuatu yang luar biasa adalah mencintai apa yang kalian lakukan.

Cerita ketiga adalah mengenai kematian.
Mengingat bahwa suatu saat akan mati, merupakan hal penting yang menolong saya membuat keputusan-keputusan penting dalam hidup saya. Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosa mengidap kanker, para dokter memberi tahu saya, bahwa dipastikan ini adalah jenis kanker yang tidak dapat  disembuhkan, dan harapan hidup saya hanya enam bulan lagi. Tapi kemudian saya menjalani operasi dan baik- baik saja hingga saat ini. Saat itu adalah saat terdekat saya menghadapi kematian. 
Karena sudah melalui tahapan ini, saya bisa lebih yakin mengatakan bahwa kematian adalah sebuah konsep yang berguna dan murni intelektual. Kematian adalah agen perubahan kehidupan. Ia memberikan jalan untuk yang baru, dengan menyingkirkan yang lama. Kali ini yang baru adalah kalian, namun suatu hari nanti tidak lama dari sekarang, kalian juga akan menjadi tua dan tersingkirkan. Waktu kalian terbatas, jadi jangan habiskan dengan kesia-siaan dan hidup dalam kehidupan orang lain. Jangan biarkan opini orang lain mengaburkan suara hati kalian. Dan yang terpenting, milikilah keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisimu.


Ketika saya masih muda, ada sebuah terbitan luar biasa bernama World Catalog, seperti Google dalam bentuk buku, 35 tahun sebelum Google muncul. Buku itu dilengkapi dengan alat bantu yang keren dan catatan yang bagus. Di halaman belakang edisi terakhir mereka, ada sebuah foto mengenai jalan perkampungan waktu dini hari, jalan yang mungkin akan kalian ikuti jika suka bertualang. Dibawahnya ada kata-kata "Tetaplah lapar. Tetaplah Bodoh". Itu adalah pesan perpisahan mereka sebelum mereka pergi. Dan saya selalu berharap itu untuk diri saya sendiri. Dan sekarang, kepada kalian para lulusan baru, saya mengharapkan itu pada kalian.
Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh.
Orang lapar adalah orang yang paling mampu mensyukuri arti sesuap nasi. Orang lapar tahan banting. Orang lapar akan berusaha dengan segenap kemampuannya untuk meraih hidup yang lebih baik.
Orang Bodoh tidak punya prasangka. Orang bodoh terbuka terhadap hal-hal baru. Orang yang senantiasa merasa dirinya bodoh tidak akan pernah berhenti belajar.
Jadi, Tetaplah lapar. Tetaplah Bodoh.

Source: Kubik Leadership

0 comments:

Post a Comment